Saturday, November 10, 2012

Kemben Melorot Dianggap Pornografi


Judul nya gak beres ... Kok Kemben Melorot Dianggap Pornografi gimana sih ?? Seharus nya itu Baju adat Indonesia yang bisa dibilang tertutup ternyata ada juga yang memperlihatkan bentuk tubuh yang mendekati pornografi.

Bombastis ya judulnya? Iya dong! Kan supaya kamu penasaran, trus mau ngebaca artikelnya. Kali ini akan dibahas pakaian adat perempuan Indonesia yang mungkin di masa depan akan dianggap pornografi, terus dicekal deh. Eh, tunggu dulu, mungkin begitu pikir kamu. Kenapa cuma pakaian adat yang perempuan yang dibahas, kenapa nggak pakaian laki-lakinya juga? Ya karena ini adalah hari Kartini, harinya perempuan Indonesia. Gimana sih kamu.

Alasan lainnya adalah, karena seringnya sih ya, kalau ada urusan porno-porno begini, pasti perempuan deh yang disalahin. Jadi inget kata-katanya Pak Suryadharma Ali (SA), Menteri Agama kita, mengenai definisi pornografi:

“Masih belum bisa dipastikan, tapi bisa kita rasakan sesuatu yang rasanya pornografi. Kami berpendapat harus ada kriteria umum. Misalnya untuk rok perempuan harus di bawah dengkul,”

Kurang lebih maksudnya Pak SA dari pernyataannya di atas adalah, kalau kamu bisa merasakan serrserran tak menentu pada anu-anuanmu, itu artinya sesuatu itu adalah pornografi. Dalam hal ini kemudian Pak SA mencontohkannya lewat rok mini.

Nah, jadi kalo menurut Pak SA perempuan gak boleh lagi pake rok mini, bolehnya pake apa dong? Apakah perempuan Indonesia kemana-mana sekarang harus pake pakaian adat karena dianggap sebagai jenis pakaian yang paling mencerminkan “adat ketimuran”? Weits tunggu dulu. kalau kita berpijak pada definisi Pak SA tentang pornografi barusan, pakaian adat pun gak aman! Ini contohnya:

1. Kebaya



2. Kemben Tradisional


3. Bulang


4. Pakaian adat papua


Nah terus gimana dong? Dari segitu beragamnya pakaian adat perempuan Indonesia, masa semuanya gak aman? Yahh.. abis mau gimana lagi? Intinya, memang semua jenis pakaian perempuan bisa dianggap pornografi, tergantung siapa yang melihat dan merasakannya. Toh rasa itu kan sangat subjektif. Lantas, bukan berarti semuanya harus dicekal kan? Jadi ya sudahlah, terserah aja perempuan memilih baju apa pun yang ingin dia kenakan. Gak mau pake baju juga gak pa pa. Palingan kita di sini senyam senyum doang. Iyalah, emangnya mau ngapain? Mau merkosa? Kita sih yakin, sebagai manusia yang beradab, pikiran kita masih waras dan bisa dikendalikan. Gak tau deh kalo Pak SA gimana.

No comments:

Post a Comment